Seorang Sahabat

Perjalanan Terakhir Seorang Sahabat

"HARI ini, ketika kita menangisi Bapa Suci yang meninggalkan kita, kita membuka hati kita untuk visi takdir abadi kita. Selama seperempat abad Bapa Suci menyebarkan Kabar Gembira ke seluruh pelosok dunia, mengajar kita semua bahwa kematian bukanlah apa-apa, kecuali jalan lintasan menuju ke surga," kata Kardinal Angelo Sadano.
Ex-Papst Johannes Paul II.
(Foto: Keystone)


.
Nun jauh dari Italia, entah berapa ribu kilometer dari Vatican City, di Havana Presiden Kuba Fidel Castro secara tulus memuji Paus sebagai "pejuang persahabatan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal kata lelah dan sahabat kaum papa".

Kuba, yang secara resmi merupakan negara ateis sampai tahun 1992, memaklumkan hari berkabung nasional selama tiga hari. "Beristirahatlah dalam damai pejuang persahabatan sejati yang tidak kenal menyerah, musuh peperangan, dan sahabat kaum miskin," tulis Castro dalam buku dukacita yang disediakan misi Vatikan di Havana.

"Kepergian Anda menyakitkan kami, sahabat yang tidak dapat dilupakan, dan kami sungguh- sungguh berharap suri teladan Anda abadi," kata Fidel Castro yang menghadiri misa rekuiem di Katedral Havana, seperti diberitakan oleh BBC News. Ini merupakan kunjungan pertama Fidel Castro ke gereja dalam beberapa dasawarsa terakhir.

SAHABAT sejati. Begitu Castro menyebut Paus Yohanes Paulus II. Oleh karena itu, begitu tersiar berita bahwa Paus wafat, perasaan duka pun menembus batas-batas negara, batas-batas suku, dan batas-batas agama. Sulit dimungkiri bahwa Paus Yohanes Paulus II telah berhasil merebut hati bangsa-bangsa di pelbagai belahan bumi. "Ke mana pun ia pergi perdamaian, keadilan, dan kebenaran selalu yang disuarakan," demikian komentar Presiden Iran Mohammad Khatami, seperti dikutip Associated Press.

Ia diterima segala lapisan masyarakat: tua-muda, laki- perempuan, kaya-miskin, pejabat tinggi-rakyat biasa. Hal itu tercermin dari begitu banyaknya pelayat di jalan-jalan yang menuju ke Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Ratusan ribu orang, bahkan diperkirakan dua juta hingga tiga juta orang, akan memberikan penghormatan terakhir pada hari ini saat pewaris Takhta Petrus, hamba dari semua hamba Tuhan diantar ke tempat peristirahatan terakhir.

Sebanyak 200 kepala negara dan pemerintahan datang di Vatikan. Mereka berasal dari negara-negara di Eropa hingga Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dari Afrika hingga Amerika Latin, dari Timur Tengah hingga Timur Jauh. Tak kurang dari 40 presiden yang disebutkan akan menghadiri acara pemakaman Paus Yohanes Paulus II. Mereka antara lain Presiden AS George W Bush, Presiden Iran Mohammad Khatami, Presiden Israel Moshe Katzav, Presiden Lebanon Emile Lahoud, dan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Selain itu, juga sejumlah presiden dari negara-negara di Amerika Latin, seperti Presiden Bolivia Carlos Mesa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Meksiko Vicente Fox, dan Presiden Guatemala Oscar Berger. Sementara dari negara-negara Eropa, misalnya, Presiden Yunani Carolos Papoulias, Presiden Latvia Vaira Vike-Freiberga, Presiden Lituania Valdas Adamkus, Presiden Perancis Jacques Chirac, dan Presiden Jerman Horst Koehler. Sejumlah raja yang juga dinyatakan akan hadir antara lain Raja Belgia Albert II, Raja Sp
anyol Juan Carlos, dan Raja Swedia Carl Gustaf. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan pun akan hadir.

Perdana menteri (PM) yang tercatat akan hadir antara lain PM Turki Recep Tayyip Erdogan, PM Sri Lanka Mahinda Rajapakse, PM Palestina Ahmed Qorei, PM Rusia Mikhail Fradkov, dan PM Kanada Paul Martin. Adapun menteri luar negeri (menlu) yang akan mengikuti pemakaman Paus atas nama negara masing-masing antara lain Menlu Cile Ignacio Walker, Menlu El Salvador Francisco Lainez, dan Menlu Jepang Yoriko Kawaguchi. Adapun delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab.

Semua itu membuktikan bahwa Paus diterima oleh semua orang dari berbagai strata sosial masyarakat. Banyaknya orang yang memberikan penghormatan terakhir itu memberikan bukti kemanusiaan dia. Paus Yohanes Paulus II terlihat begitu dekat dan dapat disentuh, terutama bagi anak-anak dan kaum muda. Ia mau mendengarkan banyak keluhan dari semua yang bertemu dengannya.

Ia dapat menyentuh kelompok-kelompok agama lain: Protestan, Ortodoks, Kristen, Islam, dan juga Yahudi. Usahanya untuk mendamaikan Gereja Katolik dengan komunitas Yahudi, deklarasinya bahwa anti-Semitisme adalah dosa merupakan bagian kecil dari karya nyatanya. Usahanya mengombinasikan prinsip-prinsip konservatif, yang begitu kental untuk kepentingan kesucian manusia dengan semangat ekumenis, membuatnya mampu menyentuh ke segala penjuru benua.

Setiap orang yang menemukan sesuatu yang istimewa dalam diri Paus Yohanes Paulus II juga menemukan sesuatu dalam dirinya sendiri. Ia membuat kita semua merenung, siapa kita kini, mengapa kita berpikir dan percaya atau mengapa kita tidak percaya, serta apa yang kita lakukan. Setiap ucapannya, baik itu menyangkut perdamaian, keadilan, dan kebenaran, seakan mewakili suara hati setiap orang yang mendengarnya.

Tidak ada yang perlu disangsikan dan diperdebatkan tentang karya nyata selama 26 tahun ia menduduki Takhta Suci. Itulah sebabnya begitu banyak orang bergegas ke Vatikan untuk memberikan penghormatan terakhir. Ia adalah "a man for all faiths" begitu tulis Suzanne Fields di The Washington Post (7/4). Ia milik semua orang.

KEHADIRAN para pemimpin negara dan pemerintahan itu di satu sisi menunjukkan penghormatan mereka kepada Paus atas semua karyanya. Akan tetapi, sulit dimungkiri pula bahwa wafat, pemakaman Paus Yohanes Paulus II, telah menjadi sebuah panggung raksasa. Bagi para politikus ini merupakan panggung politik di tingkat global, yang penontonnya adalah masyarakat dunia.

Mereka yang sadar akan betapa pentingnya panggung itu akan memanfaatkan kondisi ini semaksimal mungkin. Siapa pun yang naik ke panggung itu-hadir dalam pemakaman Paus Yohanes Paulus II-akan menjadi sorotan, akan menjadi perhatian seluruh mata dunia karena hari ini mata dunia diarahkan ke Vatikan. (trias kuncahyono)

No comments:

Post a Comment