Pilihan Berani

(Orang lahir sebagai “anak”, tetapi harus belajar sebagai “saudara”) begitu menggugah dan inspiratif, membuat saya semakin pelan-pelan membaca kalimat-kalimat berikutnya. ‘Belajar bergardian dan menjadi gardian’, itu sudah biasa pikirku dalam hati, tetapi ungkapan ‘Belajar sebagai saudara ‘, rasanya masih langka kedengarannya. Sekurang-kurangnya untuk saya pribadi. Saya menduga bahwa ungkapan ini tidak akan kalah populernya dengan ungkapan : “Kita bersaudara bukan karena hubungan darah tetapi karena hubungan air : (baca :satu baptisan). Kita bersaudara bukan karena hubungan darah tapi hubungan ‘udara’, hubungan ‘nafas’ atau ‘spirit’ atau ‘semangat’ (baca : semangat fransiskan) Kita bersaudara bukan karena hubungan darah tapi hubungan ‘darat’ (baca : mendarat tidak hanya sebatas spekulasi yang mengawang). Persaudaraan kita berangkat dari komunitas dan mendarat di ‘lapangan’. Dan jangan lupa juga supaya sama-sama ‘mendarat’. Ha ha ha ha..... Memang, berani atau tidak, kita sudah lahir sebagai ‘anak’ dan sudah belajar juga sebagai ‘saudara’ tetapi berani memilih lahir kembali sebagai ‘saudara’ ? He he he he……Siapa takut ????????? Demikian dulu kami renungkan secara sederhana dalam komunitas kami.

Dalam poin kedua, saya berhenti agak lama ‘mengunyah’ kalimat ini ; «Allah kita yang Tritunggal berhakekat hubungan, berwujud kesatuan bebas Pribadi ». Allah Tritunggal berbisik lembut mengajak untuk berani bertobat dari pribadi yang dimandulkan oleh egosentrisme dan egoisme ke pribadi yang disuburkan oleh kesatuan dan kebebasan sosial dan universal. Berani membongkar Tirani Diri Sendiri untuk siap dan rela dibangun kembali oleh SANG PEMBANGUN untuk menjadi pribadi yang subur dan menyuburkan hubungan kesatuan dan kebebasan penuh kasih, sekurang-kurangnya secara komuniter. Keberanian untuk membongkar Tirani Diri Sendiri kiranya menjadi tahapan yang sangat mendasar, primer dan signifikan untuk kelahiran baru sebagai saudara. Pada saat yang sama, keberanian ini juga sekaligus menerangi dan menyucikan hati dari segala sesuatu yang menghambat hubungan penuh kasih dengan saudara. Contoh kongkrit dan aplikatif pasti bisa disharingkan saudara Kornel. Gitu kan Kornel ? Kog diam aja sih kamu sekarang ? Sariawan ya ?

“Tak terbilang banyaknya “pilihan berani” yang dapat membangun Kerajaan Allah. Apakah tidak mung­kin setiap persaudaraan Ordo bersama mendalami tantangan-tantangan khas ini dalam kapitel setempat dan setiap bagian Ordo membahasnya di dalam pertemuan regio? Halaman-halaman Ordo di internet memberikan kesempatan luar-biasa untuk berbagi hasil pemikiran saudara de­ngan segenap Ordo.”

Demikian tertulis dalam bagian kesimpulan dari surat edaran ini. Jadi masih banyak “pilihan berani” yang masih terbuka kita sharingkan bersama. Dan sekiranya ada mailing-list persaudaraan kita sedunia, nampaknya menarik juga untuk mengikutinya. Mungkinkah kita bisa mengusulkan supaya ada mailing-list sedunia? Kita berharap ada komentar panitia mailing-list kita ini. Karena boleh jadi usulan ini ‘impossible’ dan terlalu "berani memilih" atau kurang relevan.

Mungkin ada saudara yang mau melanjutkan ke point – point berikut atau ada yang rela menanggapi. Bagian yang sedang digeluti saudara Hilarius Kemit juga ada pada point-point berikutnya. Mungkin ada hubungannya dengan “Pisang Ambon”. Dan mungkin saudara Sirilus setuju dengan salah satu butir nasehat surat edaran ini yakni membangun satu komunitas dekat dan bersama dengan orang miskin dan terpinggirkan misalnya dekat dengan orang-orang gila. Oke saya cukupkan dulu sampai di sini.

Salam,

(Sdr Hiasintus Sinaga)



No comments:

Post a Comment